Senin, 19 September 2011

Tuhan Maha Memiliki

“Oh Qyara..kenapa begitu cepat  kau pergi nak…”..

Mata ini menumpahkan bulir-bulir bening. Sesekali ku menerawang ke langit-langit. Bayangan anakku yang telahpergi terlalu cepat. Sungguh, memberikan duka terlalu dalam bagi bagi keluarga kami.

Seminggu yang lalu anakku yang ke 4 lahir dari isteriku tercinta tepat pukul 08.32, hari Minggu tanggal 11 September 2011.
Kegembiraan kami tidak bisa digambarkan apalagi kakaknya, anakku yang ke 3. Betapa senangnya bahkan saking senangnya apapun yang dia punya selalu untuk dede. Di malam setelah kelahirannya kuberi nama “ Qyara Anjani Devanti” yang punya arti : semoga Hati Putri, bijaksana dalam menjalankan kehidupannya, itulah harapan kami sekeluarga. Sampai hari Selasa malam kami jalani kehidupan dengan penuh cinta seperti biasa.

Hari Rabu tanggal 14 September 2011 sekitar pukul 08 pagi, aku dan isteriku bermaksud membawa anaku ke Klinik tempat ia dilahirkan untuk melakukan kontrol, karena hari itu adalah jadwal kontrol yang telah ditentukan oleh bidan yang membantu melahirkan anakku. Aku berjalan menuju tempat biasa menyetop angkot, sepanjang perjalanan ( kurang lebih berjarak 80 mtr dari rumahku ) tidak ada yang aneh dengan anakku bahkan sempat bertemu dengan beberapa tetangga dan menyapa dengan senyum kepada anakku yang berada dalam dekapan mamanya.

Namun..sesaat setelah menunggu angkot sekitar 5 menit, tiba-tiba napas anakku  seperti megap-megap. Isteriku panik bukan main dan akupun segera menyetop mobil apa saja yang lewat tapi tidak satupun yang berhenti, akhirnya angkot datang dan langsung aku booking agar secepatnya dibawa ke Klinik. Sesampainya di Klinik, pihak Klinik hanya bisa memberikan pertolongan pertama dengan memberikan oksigen dan harus dirujuk ke Rumah Sakit. Akupun segera menghubungi perusahaan tempat aku bekerja untuk mengirim mobil bantuan namun ditunggu-tunggu tidak datang, akhirnya aku pakai angkot lagi. Dengan dibantu bidan Klinik kami menuju ke Rumah Sakit yang berjarak cukup jauh. Sepanjang jalan isteriku terus menangis sambil menyebut-nyebut anakku., aku terus berdo’a ..” Ya Tuhan selamatkanlah anakku..”

Tiba di Rumah Sakit langsung ke UGD..dokter UGDpun segera memeriksa dan ia berkata : “Pak, Bu..maafkan saya,  bayi ini sudah meninggal..” ternyata anakku telah meninggalkan kami dalam perjalanan. Sontak isteriku histeris sambil teriak “ tolong obati anakku..tolong..Ayah obati si dede ayah…” akupun tidak dapat menahan sedih, sambil bercucuran air mata ku ucap “Innalillahi Wa Innailaihi Rooji’uun, maafkan ayah nak..”

“Oh Qyara..kenapa begitu cepat  kau pergi nak…”..
Ternyata Tuhan punya rencana lain terhadap anakku dan keluargaku..Semoga kau jadi ahli Syurga ya nak…aamiin..semoga..!

Senin, 12 September 2011

Sayangi Ibu dan Isteri

Pada hari Minggu tanggal 11 September 2011 sekitar jam 06 pagi, saya mengantar isteri k Klinik untuk memeriksa kandungannya yg terasa sakit sejak jam 01 malam. Isteri saya sedang hamil berusia 9 bulan jalan, tepatnya 8 bulan 26 hari.

Sekitar jam setengah 07, bidan memeriksa kandungan isteri dan hasilnya dinyatakan akan melahirkan dan sudah mencapai pembukaan 3 dari pembukaan 10 dalam proses melahirkan bayi. 
Akan tetapi dari hasil check tekanan darah, bidan menyatakan terlalu tinggi yaitu 170/110 dimana pada posisi itu sangat beresiko tinggi untuk melahirkan dan harus dirujuk ke Rumah Sakit besar, tetapi sebelumnya bidan tersebut akan melakukan observasi dulu sambil menunggu perkembangan tensinya.

Singkat cerita, sekitar jam 08.12 dicheck lagi tensinya dan hasilnya 170/90 pembukaannya sudah mencapai pembukaan 7, beberapa menit kemudian ketubannya pecah artinya siap melahirkan. Akhirnya bidan memutuskan proses melahirkan dilaksanakan di klinik tersebut karena tidak memungkinkan untuk dibawa ke rumah sakit dalam kondisi seperti itu apalagi lokasi rumah sakit tersebut cukup jauh.

Sekitar jam 08.20, isteri saya mulai mengeluarkan tenaga dibantu oleh bidan, saya ikut memegangi isteri sambil terus memberi semangat. Kurang lebih 12 menit isteri saya berjuang yang akhirnya keluar juga bayi yang saya tunggu - tunggu selama ini tepat jam 08.32 wib.

Yang ingin saya sampaikan di sini adalah pertama : bagaimana seorang isteri/ibu berjuang sangat keras bahkan menaruhkan nyawanya sendiri demi bayi yang dilahirkannya. Saya melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana keluanya bayi dari rahim isteri begitu menegangkan juga mengerikan, bagaiman tidak? begitu bayi keluar darahnya menggelontor seperti air keluar dari kran, lebih dari seliter darah yang keluar dari rahimnya.Apalagi keadaan isteri dari segi kesehatannya yang kurang mendukung. Namun Alhamdulillah berkat pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa, semuanya lancar dan selamat

Kedua : Allahu Akbar..kekuasannya tak terbatas atas setiap makhluk yang diciptakanNya. Saat bayi muncul dari rahim ternyata seperti tak bertulang dan setelah keluar utuhpun dalam beberapa detik tidak bernapas.

Demikian pengalaman saya ini, semoga jadi pelajaran khususnya buat saya dan buat rekan - rekan pada umumnya.Terima kasih.